INFO HARI INI:
Semua
orang pasti ingin memiliki dan mengendarai motor baru. Karena didesak
kebutuhan, mereka pun membeli motor itu. Ada yang membeli motor secara
kontan dan ada pula yang membeli motor secara kredit. Bagi yang membeli
motor secara kontan, mungkin Anda dapat bernafas lega. Namun, waspadalah
jika Anda membeli motor baru secara kredit. Banyak petugas leasing palsu mengincar motor baru Anda! Dua orang tetanggaku telah menjadi korban penipuan petugas leasing palsu itu. Bagaimanakah peristiwa ini bisa terjadi?
Di
daerahku, banyak orang tua membelikan motor untuk anaknya yang sudah
bersekolah SMP hingga SMA/ SMK. Menurut mereka, motor itu lebih irit
daripada naik kendaraan umum, seperti angkutan pedesaan (angkudes). Jika
naik angkudes, setidak-tidaknya orang tua harus memberikan uang saku
kepada anaknya sekitar Rp 10.000 per hari. Uang sebesar itu digunakan
untuk transportasi (pp) Rp 5000 dan uang makan Rp 5000.
Namun,
uang saku itu dapat dihemat jika naik motor. Cukup dengan uang Rp 5000,
anak sudah berangkat ke sekolah karena bensin motor lebih irit. Bahkan,
motor itu dapat dinaiki dua orang. Jadi, teman yang menumpang dapat
saling bergantian mengisi bensin. Maka, hampir semua orang tua
membelikan motor bagi anaknya yang bersekolah. Begitulah kebiasaan
orang-orang di kampungku.
Ternyata, kebiasaan membelikan motor itu berdampak buruk. Motor baru yang dibawa anak-anak sekolah itu justru memancing tindak kejahatan. Dan tindak kejahatan itu dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai petugas leasing alias kantor pembiayaan motor kreditan. Entahlah, mengapa petugas leasing palsu
itu dapat mengetahui alamat dan status kepemilikan motor anak-anak
sekolah itu? Dua orang telah menjadi korban karena penipuan dengan
kekerasan dan ancaman ini.
Korban pertama adalah anak SMK, sebut saja Purnomo. Anak SMK kelas 1 ini naik motor Supra X terbaru. Motor itu dibeli orang tuanya secara kredit di showroom
penjualan motor di daerahku. Sebagai layaknya anak sekolah, tentu
Purnomo sangat senang dengan motor barunya. Maka, Purnomo langsung
menggunakan motor barunya ke sekolah.
Suatu
hari, sepulang sekolah, Purnomo dicegat dua orang lelaki yang posturnya
tinggi kekar. Petugas itu mengaku dirinya sebagai petugas leasing dari
kantor pembelian motor yang dinaiki Purnomo. Sambil berpura-pura
menunjukkan surat-surat bukti pembelian, dua oknum petugas leasing palsu
itu menerangkan bahwa motor Purnomo sudah menunggak pembayaran kredit
sebanyak tiga kali. Oleh karena itu, motor harus ditarik ke kantor
pembiayaan.
Tentu
saja Purnomo kaget. Orang tuanya tidak pernah bercerita tentang proses
pembelian motor itu. Jadi, Purnomo hanya bengong mendengar penjelasan
itu. Agaknya dua oknum petugas leasing palsu masih berbaik hati. Purnomo diajak ke kantor leasing. Namun, di tengah jalan, Purnomo diturunkan paksa. Akhirnya, motor itu sudah berbalik pengendara.
Korban
kedua adalah anak sekolah, sebut saja Wati. Kebetulan orang tua Wati
bekerja ke Jakarta. Jadi, Wati tinggal di rumah bersama dengan
adik-adiknya. Wati adalah anak SMA kelas 2. Karena bersekolah cukup
jauh, Wati dibelikan motor oleh orang tuanya sebagai sarana
transportasi.
Suatu
hari, Wati kedatangan dua orang lelaki yang berbadan kekar. Dua lelaki
itu mendatangi rumahnya. Dengan suara keras, dua lelaki itu menerangkan
bahwa ayahnya telah menunggak kredit motor selama tiga bulan. Maka,
motor itu harus ditarik ke dealer. Tentu saja Wati kaget dan
sangat ketakutan. Wati pun hanya pasrah ketika motor barunya dibawa dua
lelaki yang mengaku sebagai petugas leasing. Usut punya usut, ternyata dua orang itu bukan petugas leasing resmi karena motor Wati dibeli orang tuanya secara cash.
Memerhatikan
dua kejadian itu, saya jadi teringat dengan nasihat kolegaku yang
menjadi polisi. Temanku itu memberikan tips jika berhadapan dengan
orang-orang yang dicurigai. Berikut tips-nya:
1. Orang
tua sebaiknya menjelaskan proses kepemilikan motor kepada anaknya agar
anaknya bisa membela diri jika mengalami kejadian seperti di atas. Jika
memang dibeli kontan, tunjukkanlah BPKB kepada anaknya. Jika dibeli
secara kredit, beritahukanlah anak Anda agar mengetahui proses
pembayaran angsuran. Sesekali ajaklah anak Anda ke kantor pembayaran kredit untuk mengetahui mekanisme sanksi jika terjadi keterlambatan pembayaran angsuran.
2. Janganlah
Anda menghadapi oknum-oknum itu sendirian. Panggillah tetangga atau
keluarga jika orang tersebut akan memaksa mengambil motor. Jika
terpaksa, berteriaklah sekeras-kerasnya untuk memancing perhatian
lingkungan.
3. Jika Anda atau anak Anda pergi, usahakanlah anak Anda tidak pergi sendirian, terlebih anak perempuan. Usahakanlah untuk selalu pergi bersama teman. Banyak penjahat mengincar korban perempuan karena dianggap mudah “dieksekusi”.
4. Jika
dicegat di jalan, janganlah Anda mau berhenti jika jalanan sepi.
Berhentilah di tempat yang ramai atau di depan rumah penduduk. Jika
terjadi perdebatan tentang kepemilikan motor, buanglah kunci motor itu sejauh-jauhnya dan berlarilah dengan berteriak-teriak untuk memancing perhatian lingkungan.
5. Janganlah
Anda pergi atau keluar rumah dengan penampilan yang mencolok sehingga
dapat memancing kejahatan. Penampilan mencolok itu dapat dilihat dari
pakaiannya, asesoris/ perhiasan, dan juga HP. Janganlah Anda menggunakan
HP sambil berkendara motor karena HP dapat dirampas penjahat. Ingat, penjahat selalu mengintai kelengahan calon korban dan memerhitungkan untung rugi.
Kadang
kita sudah bersikap waspada, tetapi kejahatan tetap terjadi. Itu
berarti bahwa kita harus berhati-hati agar kita tidak menjadi korban
tindak kejahatan. Semoga bermanfaat. Amin.
Semoga Bermanfaat